KABARCEPU.COM – Hidup tidaklah mudah, penuh perjuangan dan persaingan. Begitulah yang dialami Suripah, penjual jajanan asal Blora yang setiap hari berkeliling Cepu menjajakan dagangannya.
Terminal Bus Cepu, Pasar Induk, dan sekitarnya menjadi wilayah yang dikelilingi demi mengais rupiah. “Saya sudah berdagang seperti ini selama 30 tahun. Sejak terminal masih belum bagus sampai terminal bagus seperti ini,” ujarnya mengawali obrolan dengan KabarCepu.
Nenek enam cucu asal Dusun Ngampon, Desa Beran, Kecamatan Blora ini tak pernah lelah menawarkan jajanannya kepada calon penumpang dan para pekerja yang ada di Terminal Cepu.
“Alhamdulillah, semakin banyak pelanggan,” ujarnya ringan sambil terus menawarkan kepada orang yang lalu lalang di depannya.
Berbagai jajanan tradisional seperti onde-onde, ketan salak, roti pisang, roti keju, mihun, kue lapis, serta es lilin aneka rasa menjadi pilihan favorit penumpang bus, tukang ojek, pengamen, serta pedagang di terminal dan Pasar Induk Cepu.
Perempuan berusia 60 tahun ini, berkat ketekunan dan kerja kerasnya, berhasil membangun jaringan pelanggan yang loyal. “Saya sangat bersyukur karena dagangan saya selalu habis. Padahal di Cepu banyak juga yang jualan jajan seperti saya,” ujarnya dengan penuh rasa syukur.
Suripah mengaku, lebih memilih berjualan jajanan di Cepu daripada di Blora, meskipun ongkos perjalanan mencapai Rp 30.000. “Saya naik angkot dan ojek pulang pergi itu ongkosnya Rp 30.000,-. Tapi nggak papa, memang rejeki saya di sini,” katanya ramah dengan raut wajah tetap bersemangat.
Memilih Cepu sebagai tempat mengais rejeki, perempuan gigih ini berencana akan terus berjualan selagi mampu. “Memang rejeki saya itu di Cepu. Saya menikmati perjuangan hidup ini dan tidak pernah mengeluh,” kata Suripah dengan senyum.
Jajanan Suripah ditawarkan dengan harga terjangkau, mulai dari Rp1.500 hingga Rp15.000. “Sebenarnya nggak jauh beda dengan jajanan yang ada di Cepu.
Tapi anehnya, pedagang jajan di sini juga ikut membeli jajanan saya. Katanya lebih enak,” ujar perempuan sederhana ini seraya tertawa renyah.***
